Thursday, February 09, 2006

Mas, Isi paket sms ProXL ya..

Di sebuah counter isi ulang pulsa HP di dekat La Belle Dago.

"Mas.. Mau isi ulang paket SMS ProXL yang 100 ribu. Ada?"
"Emm, ya ada.." (agak ragu-ragu)
"Tolong paket SMS yg 100 ribu itu ya,Mas. Nomornya 0818xxxxxx"
"Iya Mas, paling lama 5 menit aja." (Nulis2 di kertas bon)
"Iya, saya tungguin aja. Bener paket sms kan, Mas?" (memastikan lagi)
(Dia ngangguk-ngangguk)

...
Drrr..rdd.. HPku bergetar. Tekan *123#. Tampil tulisan,"Rp.100.235,-"

"LOHH MAS! Tadi kan saya minta paket SMS??" (Nada suara naek..)
"Emm.. aaa.. hah?"
"Iya, tadi saya kan minta paket SMS ProXL 100 ribu. Dah beberapa kali saya konfirmasi juga kan? Dengan paket SMS itu mestinya saya dapat pulsa lebih dari Rp.10.000,-, 400 SMS, dan sekitar 10an Call Unit."
"Ohh.. Itu tadi.. saya kira maksudnya isi ulangnya pake SMS." (gubraaakkk..)
"Mestinya dengan paket SMS itu, saya dapat pulsa + SMS + Call Unit yang nilainya lebih dari Rp.100.000,-. Lah, terus klo gini gimana? Kan berarti saya rugi."
"Ya, ga bisa dibalikin lagi Mas" (gubraaakkk)


(Tiiiing... emosi naik lagee)
Ini nih salah satu perilaku yang aku ga suka. Udah tau salah, tapi malah bertingkah seakan-akan ga bisa ngapa2in lagi. "Dah terjadi. Terima aja tuh nasib lu..". Not even a word -Sorry-.

OK, di satu sisi aku sempat mikir,"Ya udahlah.. Dah terjadi, toh kalo aku beli paket reguler Rp.100.000,- dapatnya ya memang yang begini ini."
Tapi di sisi lain, karena dianya juga bikin emosi, jadi kekeuh, "Ngga, ga bisa gitu. Aku mintanya paket SMS kok."


"OK Mas. Gini aja. Saya ga jadi dapat paket SMS seperti yang saya butuhkan. Dengan nilai pulsa reguler Rp.100.000 ini, saya merasa rugi. Jadi saya minta kompensasi."
"Gimana ya.. kan pulsanya ga bisa ditarik lagi." (Kok membahas itu lagi sih?)
"Gini, ini mas yang punya usaha?"
"Bukan. Ada bos saya. Biasanya datang jam 7 malem."
(Aku liat jam tangan.. masih jam 6 kurang)
"Jadi Mas ga bisa mutusin ni, gimana jadinya sekarang? Kalo gitu tolong hubungi Bos Mas dan minta ke sini sekarang."
"Iya.." (ngesms bos-nya)
(waktu berlalu)
"Dah dibales sms-nya, Mas?"
"Belum. Tapi biasanya jam 7 ke sini kok. Tungguin aja.."
(Tinnggg... naik darah. Dalam hati,"Hehh!! bagus banget usulnya ya.")
"Ga bisa ditelpon aja?"
(dia diam aja..)
"Mas, Saya ga bisa nunggu lebih lama lagi. Kalo diitung-itung, dengan 400 sms * Rp.350 + Rp.10.000-an + 10 Call Unit * (taroklah) Rp.1000 saya mestinya dapat nilai Rp.160.000-an. Mestinya saya tinggal minta selisihnya dari Mas sebesar Rp.60.000. Tapi bisa juga saya minta kompensasi dari Mas Rp.50.000 untuk beli paket SMS Rp.50.000 yang dengan perhitungan sama bakal bernilai sekitar Rp.60.000"
"Rp.50.000?"


Dia mulai mikir. Setelah beberapa lama,"Gimana kalo Rp.48.000 aja?" (sambil tersenyum)
Ohh, God.. Ngapain dia mesti senyum2 gitu.. Dan ngapain lagi main tawar-tawaran.
"Ga Mas. Rp.50.000. Karena paket SMSnya emang Rp.50.000. Ga kayak paket SMS 100 ribu yg harganya Rp.98.000."

Pelan-pelan dia ngeluarin duit,"Ini, Mas. Maaf ya.. Saya masih baru sih. Baru semingguan."
Telat sekali minta maafnya ya.. Tapi gapapa. Setelah itu, jadi deh ngobrol2 bentar dengan suasana yang lebih baik. Dan cerita2 ttg jenis2 pulsa isi ulang ProXL dan ttg dia yg ga di-training dulu.

Beres deh..

Toleransi itu emang perlu. Dan menjadi orang baik dengan mentolerir kesalahan orang lain juga perlu. Tapi ada saatnya untuk menuntut tanggung jawab dari seseorang terutama kalo ada pihak yang dirugikan.. Jadi kita perlu belajar kapan perlu toleransi kapan perlu menuntut tanggung jawab ^_^

Gimana sih terlalu baik itu..?

Dalam acara semisal OS Himpunan, kadang ada simulasi dimana kita diminta untuk saling memberikan masukan tertulis tentang kelebihan & kekurangan dari teman kelompok kita. Ato impresi yg kita dapat dari dia. Dalam beberapa kegiatan serupa pula, aku kadang mendapat masukan berupa Kekurangan: terlalu baik.

"Aneh.. baik itu ya baik aja kali.."
"Bukan gitu..Ya gimana ya.. rasanya terlalu baik aja.."

Jadi mikir,"gimana sih terlalu baik itu?".

Sampai waktu itu, emang ada jg teman yang bilang klo toleransiku terhadap kesalahan orang lain sangat (klo ga mau dibilang terlalu) tinggi. Dan emang benar, klo ada orang yang bikin kesalahan (misalnya setelah diberi tanggung jawab) aku lebih sering mikir,"Aku bisa aja bikin kesalahan yang sama. Even worse." :p Trus, udah aja. Ga ada tindak lanjut yg tepat.

"Hmm, itu kali ya yg dibilang 'terlalu baik'.."

Emang sih, sadar klo gitu ga baik, alias terlalu memanjakan (nauoon..). Perlu imbang antara memaklumi kesalahan orang dengan meminta tanggung jawab. Susah ya klo cuma dipikirin gitu aja, huhehehe.. Nah, beberapa waktu lalu terjadilah... Ceritanya di post selanjutnya aja ya.. :p